Sabtu, 28 Oktober 2006

sebuah catatan perjalanan

Jam sudah menunjukkan pukul jam 12 malam tanda pergantian hari. Kapal ferry mulai bergerak perlahan menuju lautan yang terlihat gelap (soalnya di laut nggak ada lampu penerang jalan).
Huehehehe…
Menurut perkiraan, Selat Sunda dapat diseberangi dalam waktu 2 jam. Waktu dilewati dengan menikmati hembusan angin laut yang banyak orang bilang bisa bikin masuk angin (berhubung nggak ada kerjaan jadi cuek wae dengan angin laut). Sesekali sambil mengirim SMS mengucapkan selamat Idul Fitri buat teman-teman yang merayakannya. Ada beberapa orang teman yang mungkin sambil ngantuk-ngantuk berusaha membalas SMS dengan menuliskan: "mohon maaf lahir batin juga ye…".
Mungkin dalam pikiran mereka : "busyet… si Poltak ngapain ngirim sms tengah malem? Lagi ngeronda kali ya?"
Huahahaha…
What ever deh….
(note: ada yg mengenal gue dengan nama "Poltak" dan ada juga yang mengenal gue dengan nama "Jeff". Jadi silahkan direplace sendiri ya…)
Tiba-tiba orang-orang pada lari tunggang langgang di atas kapal. Ada yang sambil menggotong kardus segede kardus tipi atau tas koper yang sepertinya berat sekali. Soalnya hujan gerimis mulai membasahi dek kapal yang sebagian besar hanya beratapkan langit. Wah… benar-benar penuh perjuangan untuk menuju kampung halaman mereka.
Hujan gerimis menemani nahkoda kapal merapatkan kapal ferry yang mulai memasuki dermaga di Pelabuhan Bakauheni. Semua kendaraan mulai menghidupkan mesinnya untuk bersiap-siap keluar dari kapal dan siap menantang jalan lintas Sumatra yang akan dilalui.
Begitu ban mobil mulai menapak di atas aspal Pulau Sumatera, langsung saja perjalanan dari ujung Pulau Sumatera yang penuh petualangan dimulai.
jeng… jeng… jeng… jeeeeeeeng…
(suara sound effect yang kaya di tipi-tipi menandakan petualangan seru dimulai)
Mesin mobil terus dipacu sepanjang perjalanan tanpa mengenal lelah (kecuali kalau ada yg kebelet pipis atau isi bahan bakar di SPBU terdekat). Ketika sinar matahari mulai datang di pagi hari, image
terlihat pohon-pohon dan ilalang yang menghitam terbakar di sepanjang jalan daerah Lampung Utara. Beberapa pohon yang selamat dari api terlihat kering dan sekarat. Kemarau yang berkepanjangan telah membuat suasana menjadi kering dan ilalang menjadi mudah terbakar.
Setelah menempuh perjalanan selama 12 jam dari Jakarta akhirnya kami sampai di daerah transmigrasi yang terletak antara Martapura dan Batu Raja. Daerah ini merupakan daerah kediaman suku asli Ogan Komering Ulu di Sumatera Selatan. Mobil mulai memasuki jalanimage
tanah berbatu yang menanjak dan membelah wilayah perbukitan ke
ring yang terlihat tandus karena musim kemarau yang berkepanjangan. Menurut pengakuan warga setempat, sudah 6 bulan lebih hujan tidak lagi menyiram wilayah tersebut. Akhirnya gue sampai di rumah kakek dan nenek gue yang berada di wilayah transmigrasi tersebut. Konon wilayah transmigrasi tersebut juga ketika itu menampung pengungsian masyarakat yang terkena bencana alam gas beracun di dataran tinggi Dieng.

Keesokan paginya, udara perbukitan yang kering tersebut terasa cukup dingin. Salah satu kesulitan yang dialami penduduk setempat adalah air. Untuk kebutuhan air seluruh penduduk biasanya mengambil air dari dam (sebuah kubangan air yang cukup besar menyerupai rawa).

Berhubung gue mau mandi, jadi gue juga harus mengambil air imagedengan jirigen yang lumayan gede (kira-kira setelah terisi air sebuah jirigen beratnya sekitar 20 kg). Jirigen yang harus diisi air ada 8 jirigen besar dan 3 jirigen kecil. Jirigen tersebut harus gue angkat dari dam ke mobil dengan berjalan kaki sejauh 50 meter di jalan yang menanjak. Untuk memenuhi bak mandi dan persediaan air, gue harus bolak balik sebanyak 3 kali dengan jirigen-jirigen tersebut. Kira-kira kalau dihitung:
3 x [(8x20) + (3x3)] = 507 kg.
Berarti setelah bangun tidur dan sebelum makan pagi gue sudah mengangkat 507 kg air. Wah… gue berharap badan gue bisa langsung keliatan six pack. Tapi malah tangan gue pegel-pegel kaya mau copot ditambah lagi bunyi perut yang mulai demo minta diisi.
Dendam perut keroncongan akhirnya terbalaskan dengan 4 piring nasi.
Huahahaha…

image Di hari ke tiga akhirnya kami memulai perjalanan pulang menuju Jakarta melalui Lampung. Di Lampung kami menginap satu hari untuk berekreasi di Pantai Pasir Putih. Cuaca di Pantai Pasir Putih terasa panas menyengat. Sinar matahari terasa menyilaukan. Susah banget kalau mau bikin foto yang bergaya agak narsis dikit. Tampang gue malah jadi keliatan aneh. (emang dari dulu agak aneh kayaknya)
Huahahahaha….
Soalnya mata musti agak sedikit merem karena sinar matahari yang silau banget.

Pic_0119mini

Di Pantai Pasir Putih terlihat beberapa nelayan yang menjual terumbu karang yang sudah diberi pewarna sehingga menarik perhatian beberapa orang.
Sayang sekali terumbu karang yang dilindungi oleh negara itu diperjualbelikan hanya dengan uang 5 ribu - 15 ribu rupiah. Sekilas terumbu karang itu terlihat seperti plastik. Tapi setelah dilihat dari dekat ternyata memang terumbu karang asli yang diambil dari dasar laut. Seharusnya perdagangan terumbu karang itu dilarang. Mungkin memang kesulitan ekonomi dapat memicu seseorang untuk berpikir sedikit lebih egois. Seharusnya mereka memanfaatkan hasil laut yang lain sebagai mata pencahariannya. Bukannya justru menjual terumbu karang yang jelas-jelas dilindungi undang-undang.

Wah… perjalanan kali ini banyak melihat hutan-hutan gundul yang habis terbakar, tanah tandus yang kering, dan terumbu karang yang dilindungi oleh negara diperjualbelikan seharga 5 ribu rupiah. Sepertinya Indonesia masih memiliki berbagai hal-hal lain yang "nyeleneh".

Sabtu, 30 September 2006

pelangi ???

Tiba-tiba ada conference invitatioimagen yg muncul di layar monitor. Ups… kayaknya HNL4BZ crew mau bikin acara lagi nih.
Ternyata di chat room lagi rame ngebicarain acara buka puasa bersama. Singkat cerita akhirnya ada yg mengusulkan untuk buka puasa bersama di "Pelangi".
Dengan polosnya gue bertanya: "pelangi itu dimana ya?"
Lalu ada yg ngejawab: "pelangi, di Plaza Semanggi! Masa lo nggak tau sih, Pol?"
wah gue langsung tengsin berat nih. Seakan-akan gue kayak anak baru nyasar di Jakarta.
Trus gue jawab: "oce. Besok di Pelangi ya…"

imageKeesokan harinya pulang kantor gue langsung buru-buru ikutan nimbrung nungguin Busway yang akan mengantarkan gue sampe Plaza Semanggi. Harap maklum… sarana transportasi yg satu ini cukup banyak fansnya yg rela ngantri kalo jam pulang kantor.
Singkat cerita, setelah beberapa menit gue naik busway ternyata Plaza Semanggi terlewati begitu saja di depan mata. Akhirnya gue turun di halte Polda Metro Jaya dan melanjutkan dengan Busway ke arah sebaliknya.

Setelah penuh perjuangan melewati kepadatan lalu lintas dan trotoar ibukota akhirnya gue bisa ‘ngadem’ di Plaza Semanggi.
Trus gue langsung mencari temen-temen yang menurut gue sepertinya udah pada ngumpul karena jam hampir menunjukkan pukul setengah 6. Langsung saja untuk mempersingkat waktu dengan penuh percaya diri dan kepolosan gue menghampiri seorang image satpam Plaza Semanggi dan bertanya: "Mas, Restoran Pelangi itu dimana ya?"


Lalu Sang Satpam tersebut tersenyum dan berkata: "Mas.. Mas.. Pelangi itu ya ini.. Plaza Semanggi"


Trus gue terdiam beberapa detik berusaha mencerna kata-kata Satpam tersebut.
Di dalam pikiran gue: "PLA za sema N g GI –> PLANGI –> PELANGI"
ooala… ternyata PELANGI itu bukan nama restoran…. tapi image kependekan dari Plaza Semanggi.
huahahahaha…
kupernya diri gue…

Trus gue bilang: "ooo… makasih ya, Mas!"
Langsung deh gue pergi tanpa merasa bersalah dan celingak-celinguk malu jangan-jangan ada orang yg denger pertanyaan bodoh gue tadi.

Pelajaran hari ini adalah: "PELANGI itu bukan nama restoran di Plaza Semanggi tapi PELANGI adalah Plaza Semanggi"

imageakhirnya gue menemukan temen-temen gue yang kemaren nggak bilang-bilang kalo pelangi itu bukan nama restoran. Aarrggghh…
Mereka rupanya udah ngumpul di foodcourt Plaza Semanggi.

Selasa, 12 September 2006

Pasar Seni ITB

setelah sekian lama blog gue terlantar nggak pernah diisi sehingga banyak para fans yang protes kecewa (huahahaha…), akhirnya hari ini gue mau berbagi cerita tentang hari-hari gue.
Hari Minggu kemarin gue ke Bandung. Di Bandung kebetulan lagi ada acara pasar seni di ITB. Ribuan manusia, mobil, dan motor bercampur jadi satu di jalan-jalan sekitar ITB. ITB terlihat rame…
Banyak terlihat ‘bangunan seni 3 dimensi’ yang dibangun dari bambu dan potongan-potongan kain dibuat untuk ‘menghiasi’ acara tersebut. Mungkin buat kebanyakan orang seni akan menilai bambu-bambu itu terlihat sebagai karya seni yang indah. Tapi berhubung gue manusia biasa dengan sense of art yang ngepas menurut gue malah bambu-bambu itu keliatan jelek, menuh-menuhin jalan, boros tempat, aneh, kalo rubuh bakalan bikin masalah, dll. Yah… tapi gue salut juga buat mereka yang udah bersusah payah membangun ‘bangunan seni’ yang gede banget itu hanya untuk dilihat sehari dan setelah itu dibongkar.
Di dalam pasar seni gue ngeliat ada berbagai tipikal peserta yang ikut serta buka stand di acara itu. Dari para cewe-cewe imut yang menjual pernak-pernik cewe, para mahasiswa jurusan seni dan jurusan desain yang menggelar seluruh karya mereka, sampai kakek-kakek tua mirip dukun berpakaian hitam-hitam dengan cincin di setiap jarinya yang kira-kira kalo disatuin nggak bakalan kalah berat sama jeruk 2 kilo.
That’s art. Expressive.
Ada berbagai karya seni dijual. Dari pin buatan sendiri seharga 5 ribu rupiah, lukisan abstrak, ornamen, sampe ukiran kursi dari gelondongan kayu yang gede banget seharga 35 juta.
Di sebuah pojok gue menghampiri stand mahasiswa jurusan kriya. Stand ini cukup menarik karena dibelakang stand mereka terbentang kain hitam yang dirangkai seperti sebuah ruangan. Gue kepengen tau ada apa dibalik kain hitam yang membentuk ruangan itu. Trus tiba-tiba ada seorang mahasiswi imut yang nyeletuk, "kalo mau masuk dan liat musti bayar seribu, tapi kalo ngintip bayar 10 ribu!" Huahahaha… ada-ada aja. Tapi ada juga beberapa pengunjung yang mau bayar seribu buat masuk. Berhubung langit udah mulai gelap dan mendung, akhirnya gue memutuskan untuk balik lagi ke Jakarta. Arus manusia, mobil, dan motor dari kompleks ITB seperti banjir. Bayangkan aja dari pelataran parkir sabuga sampe jalan Ir. Juanda ditempuh dalam waktu nggak kurang dari 45 menit. Itu juga di jalan sambil dipelototin orang-orang yang jalan kaki yang ngerasa terganggu karena arus mobil dan motor. Huah… hari yang melelahkan dan penuh perjuangan untuk lolos dari arus masa yang kaya abis pulang dari nonton bola di stadion.
Bandung, see you next time.
Bandung, the city of memory.

Minggu, 30 Juli 2006

nonton pensi

image

Semalem gue dan ade gue ke plaza barat senayan nonton pensi sekolahannya ade gue. Sebelumnya gue harus berjuang menembus kemacetan kota jakarta di sore hari (apalagi hari sabtu). Demi nyampe ke senayan gue musti rela antri (baca: macet) dari semanggi dengan orang-orang yang berduyun-duyun kaya mau ke kondangan. Lumayan stres juga. Apalagi begitu terlihat blokade polisi yang dengan gagah berani menutup jalan menuju senayan. What..??????? Menurunkan hasrat gue untuk nonton Nidji, J-rocks,image dan kawan-kawan. Langsung gue celingak-celinguk mencari arah lain menuju senayan. Tiba-tiba mata gue menangkap antrian (baca:macet) yg cukup aneh di depan. Akhirnya gue ikutin deh para gaul-ers itu.

Sampe di dalam area parkir (gue belum tau nama tempatnya) gue langsung ngacir tancap gas mengejar waktu. Baru ngacir beberapa puluh meter tiba-tiba terlihat antrian lagi. Walah… jakarta.. jakarta.. Iseng-iseng gue liat karcis parkir di tangan, tertulis "Taman Ria Senayan". Weleh… gue baru nyadar kalo gue udah ngebela-belain motong jalan lewat taman ria buat mencapai Plaza barat Senayan. Busyet… mana macet pula lagi di dalem…
Yah… apa boleh buat soalnya ade gue udah pengen banget nonton pensi sekolahannya. Gue jadi inget jaman-jaman waktu gue muda dulu. Weleh.. weleh… gue sok tua bgt. Singkat cerita (setelah nyasar sana-sini, tanya sana-sini, entah udah berapa banyak tukang parkir dan satpam diinterogasi buat nyari arah ke plaza barat senayan) akhirnya tibalah kami di plaza barat senayan. Terlihat banyak orang lagi antri untuk masuk ke area konser (baca:pensi). Bah.. antriannya udah kaya antri bayar listrik.

Akhirnya selesai juga perjuangan gue ngantri ditandai dengan dicapnya leher gue pake stempel (don’t think the other area, guys!) sama seorang cewe imut sebagai tanda kalo gue udah beli tiket dengan tunai secara resmi tanpa ngerayu sang penjual tiket supaya dikasih tiket gratis.
huehehe…
Akhirnya gue bisa nikmatin lagu-lagunya J-rocks tanpa perlu beli CD bajakan. Stop bajakan! Huehehe..
Tapi sayang gue ga sempet nonton nidji dan malik.

Trus gue langsung cabs ke tol. Jam menunjukkan pukul 9 malem. Yup.. dan akhirnya gue masih sempet nonton "The Water World" di Indosiar. Walaupun ada kejadian-kejadian aneh waktu gue nonton, seperti idung gue yang kemasukan coklat. Itu gara-gara gue ga sadar kalo ada lelehan coklat dari muffin di jari telunjuk gue. Ketika gue ngupil tiba-tiba gue kok mencium bau coklat. Serasa ada donat coklat nyangkut di idung.
Huehehehe…
Walah… alhasil idung gue jadi terlihat aneh bin ajaib. Ade gue ampe ketawa ngeliat tampang bloon gue. Nyokap gue malah ikut-ikutan ketawa.
Huehehehe…
imageWah.. akhirnya di hari Minggu pas pagi-pagi buta sebelum pergi ke gereja kami sekeluarga ngerayain ulang tahunnya ade gue yg ke-16. Sayangnya ade gue yang satu lagi, Kris yg kuliah di Bandung ga dateng. Mungkin dia lagi sibuk dengan pamerannya. Semoga dia juga sukses.

Gue jadi inget kalo bulan depan Bokap gue ulang tahun euy…

Mengucap syukur karena Tuhan memberikan keluarga yang penuh kasih sayang.
Selamat ulang tahun, Vin!

Sabtu, 08 Juli 2006

Ciremai...

Ciremai…
Di kaki gunung Ciremai memandang ke arah puncak…
perjalanan pertama kali ke ciremai beberapa bulan yg lalu menjadi perjalanan yg gagal total…
entah kenapa stamina menurun drastis…
image baru sampe pos 2 udah sekarat.
padahal medannya ga terlalu curam.
barang bawaan cukup berat…
seharusnya logistik cukup sampai puncak.
tapi keburu abis di tengah jalan.
aneh..
sungguh aneh..
aneh banget..
sama sekali di luarimage
perencanaan…
seakan-akan tidak direncanakan..
kami memang belum pernah menjajaki hutan-hutan Ciremai…
ini pertama kalinya kami menginjakkan kaki di Ciremai…
Sepertinya pengalaman kami berekspedisi di hutan yg lain seakan begitu saja terhempas..
Manusia memang lemah dan terbatas..
Pengalaman yang penuh tanda tanya..
turun gunung tanpa pernah sampe ke puncak.
image Ciremai..
suatu saat nanti gue akan melintas sampe ke kuningan lewat puncak ciremai…
melintasi alur-alur pepohonan yang seakan berbaris rapih…
suatu hari nanti…
entah kapan..
soalnye tiap hari musti ke kantor..

bertemu dengan router, keyboard, mouse, dan monitor..
walah…
huahahaha…
Jaka sembung makan tahu
Kagak nyambung tau..!!

Keterangan kalimat-kalimat di atas:
===================================
Kalimat di atas puitis ga?
tadinya gue mau bikin puisi tentang gunung ciremai.. tapi kok malah jadi aneh ya…
maksud hati bikin puisi… malah jadi aneh bin ajaib kalimatnya.
sama sekali ga mirip puisi kayaknya kata-kata gue di atas.
kayaknya gue musti berguru nih ama Rendra.
Musti sering latihan bikin puisi nih…
Kata orang-orang kalo jago bikin puisi berarti romantis…
huahahaha…
kalimat-kalimat gue di atas bisa dianggap sebuah puisi ga ya..?
Kayaknya agak aneh nih…
huehehehe
yah namanya juga belajar bikin puisi…
itu tadi curahan hati karena gagal sampai ke puncak Ciremai waktu sama temen-temen. Kami bertiga selama 3 hari 2 malam di kaki gunung menikmati ekspedisi ke Gunung Ciremai. Ekspedisi yang gagal total.

Huahahahaha…

hiks..

Kamis, 06 Juli 2006

paintball is not a painball

Hari ini terasa cape euy…
image Perjuangan menghadapi kemacetan lalu lintas di jakarta yg harus dilalui selama 2 jam penuh bahkan kadang lebih (rutin nih tiap pulang).
huah…
hari-hari yg melelahkan.
Menunggu-nunggu hari Sabtu nih…
Soalnya ada acara gathering sama temen-temen kantor buat main paintball trus makan rame-rame.
Gue jadi inget kata-kata temen gue:
"paintball is not a painball"
=)

image
Ini pertama kalinya gue maen paintball.
Mudah-mudahan ke-kuper-an gue ga disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu sehingga menyebabkan gue dijadikan sasaran tembak.
huahahaha…
=)
kayaknya Ukuran badan gue yg tinggi gede kurang bisa diajak kerjasama nih untuk mengendap-ngendap sambil ngumpet supaya ga ditembak. Gue bisa jadi sasaran empuk nih.
Kan ga seru kalo jagoannya kalah.
huahahaha…

=)
eniwei (bahasa IndLish) hari sabtu nanti bisa gue prediksi sebagai hari yang menyenangkan (setidaknya hari itu gue ga harus memikirkan tentang MPLS, IP-VPN, Frame Relay, BWA, dan sejenisnya).
huahahaha…

ada apa dengan YM gue?

Suatu pagi…
jam masih menunjukkan pukul 7.20
burung-burung masih berkicau…
(seharusnya sih begitu… tapi yg kedengeran cuma suara TV yg lagi nyiarin siaran ulang Perancis-Portugal –> kalo ga salah)
huehehehe
ketika mau mulai YM tiba-tiba YM gue ga connected. Dia minta setting proxy..
Ups… gue baru inget kalo tadi malem gue abis make YM tanpa proxy.
Dengan sigap (supaya keliatan jago) gue langsung membuka preferences nya YM dan mengaktifkan HTTP proxy-nya & SOCKS proxy nya.
Lalu kembali sign-in ulang.
What…?
Ternyata masih ga connected.
Si Mr. YM masih meminta setting proxy.

AKhirnya gw coba setting ulang tapi juga ga berhasil connected.

Gue baru inget kalo di kantor cuma butuh setting SOCKS untuk ber-YM ria. Trus setting HTTP proxy gue non aktifkan. Tapi si Mr. YM blum mau idup juga.
hmmm…
ada apa ya?
terlintas dipikiran gue untuk memformat notebook gue, soalnya gue curiga di notebook ini udah ada penumpukan virus, trojan, spyware, malicious program, dll.
Gawat juga nih tanpa YM berarti gue ga bisa cuap-cuap lagi nih…

Akan banyak temen-temen gue yg merindukan gue nih kalo gue ga muncul di YM.

wakakakak…
Tiba-tiba mata gue tertuju ke atas meja disebelah notebook.
Ups… ya ampun….
ternyate ada kabel jaringan yg lagi tersenyum manis di depan gue.
walah…
woi penonton…, ternyata gue belum nyolokin imagekabel jaringan ke komputer gue…
wahahaha….
mau sampe diformat 1000 kali kek, mau diganti notebooknya, mau dikutak-katik ampe jebol, itu notebook ya tetep aja ga bakalan nyambung YM nya kalo ga terhubung ke jaringan.
huihihihi…
Maklum… gue masih setia dengan kabel-kabelan daripada wireless.

=)
Untung.. kagak ada yg liat gue lagi kasak-kusuk merepotkan diri mengerahkan seluruh kekuatan, kemampuan, dan pikiran untuk mencari solusi buat YM gue yg ga connect.
Bisa tengsin nih…
huahahaha…

Ternyata gue nggak menyadari kehadiran sang kabel jaringan untuk mendukung operasional cuap-cuap gue di dunia per-YM-an.
yah.. beginilah kalo lagi banyak pikiran…
(wuits… kata-katanya berat banget)..
huehehehehe…
Peace..

Minggu, 02 Juli 2006

whitch witch?

Mengapa Saya Suka Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia memang lebih nyaman. Coba aja ngomong kalimat-kalimat di bawah ini.

Bahasa Indonesia:
"Tiga nenek sihir mengagumi tiga buah arloji merk Swatch. Nenek sihir mana, melihat pada arloji Swatch yang mana?"image

Dalam bahasa Inggris:
"Three witches watch three Swatch watches. Which witch watch which Swatch watch?

Yang lainnya…

Bahasa Indonesia:
"Tiga nenek sihir biseksual mengagumi kenop kenop dari tiga arloji Swatch. Nenek sihir biseksual mana yang memandangi kenop arloji Swatch yang mana?"image

Dalam bahasa Inggris:
"Three switched witches watch three Swatch watch switches. Which switched witch watch which Swatch watch switch?

=)

Senin, 26 Juni 2006

my name is...

This is my first post.

I want to introduce my self.

Lets start this post!kucing_keren

Gue seorang cowok yang dilahirkan dengan nama lengkap Poltak Jefferson Pandiangan.
Tapi entah kenapa di akte kelahiran gue cuma tertulis Poltak Jefferson. Where is ‘Pandiangan’ nya?
hmmm…
kata bokap gue pada jaman dahulu kala… ketika bokap gue pergi ke kantor pencatatan sipil (kalo ga salah)
buat bikin akte kelahiran gue, ada keputusan pemerintah yang melarang pembuatan akte dengan mencantumkan marga.
hmm…kucing_marah2
that’s not unreliable!
what a pitty…!
Bad government, I think!
bokap gue juga awalnya ga bisa terima tuh…
akhirnya
dimana-mana kaya di raport tk, sd, smp, smu, ktp, sim, ampe ijazah
sarjana, dll, alhasil nama gue cuma ditulis Poltak Jefferson.
Sampe sekarang orang-orang memanggil gue dengan nama yang beda-beda.
Di rumah gue dipanggil Jeff.
Dari SD ampe kuliah, di sekolah & dikampus gue dipanggil Poltak.
Waktu SD malah guru gue manggil gue "Polce". (gue ga setuju banget! Soalnya "Polce" kedengerannya mirip ama nama bencong tuh..)
huehehehe…
Tapi di kampus ada beberapa orang yang manggil gue "Vholti" dan "Polti".
Di lab pas gue masih kuliah gue malah dipanggil "Pokay", bahkan ada yg manggil Pokaymon. Gue ga ngerti kenapa ada yg manggil gue "Pokaymon". Padahal gue lebih mirip preman terminal.
Di kantor gw yg di Menara Thamrin aja ada yg manggil "Jeff" trus kalo gue ke TB Simatupang ada yg manggil gue "Poltak".
Beberapa temen-temen gue bilang kalo nama ‘Jeff’ itu terlalu keren buat gue.
‘Poltak’ lebih cocok dgn tampang gw yang lebih mirip preman daripada
cover boy. Soalnya kalo gue ngaku-ngaku pernah jadi cover boy, semuanya
langsung percaya kalo gue pernah jadi cover boy majalah ‘Trubus’. wakakakak….kucing_mentok

(tega banget mereka nyamain gw ama bonsai, anggrek dkk, en puun-puun itu. Kejamnya dunia ini…)
wakakakakkakakak….

Btw gue tetep bangga punya nama Poltak Jefferson Pandiangan.

Salam kenal…