Selasa, 12 September 2006

Pasar Seni ITB

setelah sekian lama blog gue terlantar nggak pernah diisi sehingga banyak para fans yang protes kecewa (huahahaha…), akhirnya hari ini gue mau berbagi cerita tentang hari-hari gue.
Hari Minggu kemarin gue ke Bandung. Di Bandung kebetulan lagi ada acara pasar seni di ITB. Ribuan manusia, mobil, dan motor bercampur jadi satu di jalan-jalan sekitar ITB. ITB terlihat rame…
Banyak terlihat ‘bangunan seni 3 dimensi’ yang dibangun dari bambu dan potongan-potongan kain dibuat untuk ‘menghiasi’ acara tersebut. Mungkin buat kebanyakan orang seni akan menilai bambu-bambu itu terlihat sebagai karya seni yang indah. Tapi berhubung gue manusia biasa dengan sense of art yang ngepas menurut gue malah bambu-bambu itu keliatan jelek, menuh-menuhin jalan, boros tempat, aneh, kalo rubuh bakalan bikin masalah, dll. Yah… tapi gue salut juga buat mereka yang udah bersusah payah membangun ‘bangunan seni’ yang gede banget itu hanya untuk dilihat sehari dan setelah itu dibongkar.
Di dalam pasar seni gue ngeliat ada berbagai tipikal peserta yang ikut serta buka stand di acara itu. Dari para cewe-cewe imut yang menjual pernak-pernik cewe, para mahasiswa jurusan seni dan jurusan desain yang menggelar seluruh karya mereka, sampai kakek-kakek tua mirip dukun berpakaian hitam-hitam dengan cincin di setiap jarinya yang kira-kira kalo disatuin nggak bakalan kalah berat sama jeruk 2 kilo.
That’s art. Expressive.
Ada berbagai karya seni dijual. Dari pin buatan sendiri seharga 5 ribu rupiah, lukisan abstrak, ornamen, sampe ukiran kursi dari gelondongan kayu yang gede banget seharga 35 juta.
Di sebuah pojok gue menghampiri stand mahasiswa jurusan kriya. Stand ini cukup menarik karena dibelakang stand mereka terbentang kain hitam yang dirangkai seperti sebuah ruangan. Gue kepengen tau ada apa dibalik kain hitam yang membentuk ruangan itu. Trus tiba-tiba ada seorang mahasiswi imut yang nyeletuk, "kalo mau masuk dan liat musti bayar seribu, tapi kalo ngintip bayar 10 ribu!" Huahahaha… ada-ada aja. Tapi ada juga beberapa pengunjung yang mau bayar seribu buat masuk. Berhubung langit udah mulai gelap dan mendung, akhirnya gue memutuskan untuk balik lagi ke Jakarta. Arus manusia, mobil, dan motor dari kompleks ITB seperti banjir. Bayangkan aja dari pelataran parkir sabuga sampe jalan Ir. Juanda ditempuh dalam waktu nggak kurang dari 45 menit. Itu juga di jalan sambil dipelototin orang-orang yang jalan kaki yang ngerasa terganggu karena arus mobil dan motor. Huah… hari yang melelahkan dan penuh perjuangan untuk lolos dari arus masa yang kaya abis pulang dari nonton bola di stadion.
Bandung, see you next time.
Bandung, the city of memory.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar